Kamis, 29 Maret 2012

Berjuang sebagai Khalifah




Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi..."
–(QS. Al-Baqarah [2]: 30).


     Di negara kita ini, Indonesia, dikenal istilah demokrasi dalam menjalankan laju perjalanan yang dikendalikan oleh pemerintah yang berasal dari rakyat. Demokrasi adalah suatu pemerintahan yang dalam pembentukannya dijalankan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, negeri ini terbentuk atas kesepakatan bersama yang idenya berasal dari rakyat dan dalam pemerintahannya juga dikendalikan oleh rakyat serta tujuannya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Ini dalam sisem pemerintahan suatu negara.
         Begitu pula dalam hubungannya antara manusia dengan Tuhan tidak jauh berbeda. Manusia dan Tuhan melakukan demokrasi yang saling mengikat janji dan kerja sama saling menguntungkan. Istilah ini menurut Cak Nur disebut sebagai perjanjian primordial. Apa nama demokrasi antara Allah dan manusia itu?
 Namanya "Demokrallah," yaitu suatu pemerintahan spiritual dunia akherat yang disepakati bersama yang dirumuskan gagasannya oleh Allah, lalu manusia menyetujuinya dengan sepenuh hati, dimana Tuhan sebagai Penguasa Majelis Permusyawaratan Dunia Akherat (MPDA) sedangkan manusia sebagai eksekutif (khalîfah) di muka bumi[1] dengan menjalankan pemerintahannya dan dibantu oleh para menteri dan panglima hati nurani, akal, dan hawa nafsu. Manusia harus mampu mengendalikan dan menjalankan serta mensejahterakan rakyatnya dari berbagai golongan, seperti mata, hidung, telinga, mulut, tangan, kaki, dan kepala. Kemudian pada masa akhir jabatannya (meninggal) manusia harus melaporkan pertanggung jawabannya sebagai khalifah di Mahkamah Keadilan (MK) Sang Maha Adil, Allah.
Suatu hari sultan berjalan mengelilingi kota. Setiap orang membungkuk padanya kecuali seorang darwis tua. Sang darwis tetap duduk dan terus berdzikir kepada Tuhan sembari memutar tasbih. Sultan berhenti dan memanggi darwis itu agar menghampirinya.
       “Mengapa kau tidak membungkuk padaku ketika orang-orang membungkuk?” tanya sultan.
Darwis tersebut menjawab, “Orang lain takut kepada kekuasaanmu dan menginginkan hartamu. Pantaslah jika mereka membungkuk padamu. Aku hanya takut pada Allah. Aku hanya mendambakan anugerah-Nya untukku. Jadi, tidalah pantas aku membungkuk kepadamu.”
     Sang sultan merasa tersinggung, namun darwis tersebut melanjutkan jawabannya, “Selain itu, seorang manusia yang bebas tidak boleh membungkuk pada seoarng budak.” Wajah sulatan memerah dan memucat karena marah. Para prajuritnya mulai menghunus pedang mereka.
Dengan tenang sang darwis menukas, Anda tahu, Anda masih menjadi budak dari kemarahan dan kehormatan Anda, sementara aku telah membebaskan diri dari domnasi egoku dan sifat hewaniku.” Sulatan kemudian menuruh prajuritnya pergi. “Tinggalkan ia sendiri. Ia hamba Allah dan berada di luar kekuasaanku.”
***
     Ketahuilah bawa pemimpin tidak hanya seorang presiden, raja, sultan atau hingga ke tingkatan paling hingga bawah ketua RT dan atau kepala rumah tangga. Memang semua jabatan ini adalah pemimpin.
Hanya saja, sebelum kita menjadi pemimipin seperti dijelaskan di atas kita harus tahu bahwa meskipun kita tidak menjabat sebagai presiden, menteri, gubernur hingga ketua RT atau belum menikah sekalipun agar menjadi kepala rumah tangga, seharusnya kita sadar bahwa kita semua adalah pemimpin. Yaitu pemimpin bagi diri kita sendiri. "Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu," kata Rasulullah.
     Ini yang harus dicamkan baik-baik. Kalau kita baik dalam memanage atau memimpin diri kita sesuai dengan tempatnya; dapat memimpin bagaimana agar hati kita tenang, akal kita makin cerdas untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk, hawa nafsu kita terkendali serta didukung oleh panca indera kita –yang merupakan rakyat kita, paling tidak kita sudah berhasil memimpin diri kita dari dalam sebelum kita memimpin ke luar dengan memegang jabatan apa pun di masyarakat.
     Jika Anda sudah bisa memimpin diri Anda dengan sebaik mungkin berarti Anda dapat disebut sebagai “Khalifah Tuhan’ –Wakil, Citra Tuhan–.yakni mewakili sifat-sifat kebaikan Tuhan, seperti jujur (mewakili sifat Tuhan Yang Maha Jujur), kasih sayang (Mewakili sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang) dan sifat-sifat Tuhan lainnya yang berjumlah 99 (al-asmâ al-husnâ).


[1] Q.S. al-Baqarah [2]: 30, Q.S. Fâthir [35]: 39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar