Pulang
Kampung
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya.”
–QS. Al-Bayyinah [98]: 7-8
Mudik! Pulang kampung. Adalah tradisi
masyarakat kita yang biasa terjadi setahun sekali ketika menjelang lebaran Idul
Fitri. Mudik adalah fenomena yang unik sekaligus dapat menghibur bagi yang
menjalaninya. Biasanya, ketika mau pulang kampung kita mempersiapkan bekal
berupa oleh-oleh atau yang lainnya untuk keluarga di kampung. Bersyukur bagi
yang pulang kampung dengan selamat hingga ke kampung dan berkumpul bersama
keluarga. Tapi terkadang ada juga yang tidak sampai tujuan karena mendapatkan
kecelakaan, bahkan ada yang tewas di tengah perjalanan. Itulah perjalanan saat
kita pulang ke kampung dunia. Pertanyaannya, sudahkah kita mempersiapkan diri
kita saat pulang ke kampung abadi kita, akhirat?
Terkadang, kita sibuk untuk siap-siap pulang ke kampung dunia dengan
gembira. Anehnya, tidak sedikit yang terlena bahkan ada yang sampai melupakan
diri mempersiapkan untuk pulang ke kampung akhirat. Bukankah kampung dunia
sebenarnya hanya sementara, sedangkan kampung akhirat abadi? Kalau kita pulang
ke kampung dunia kita hanya bisa berkumpul dengan keluarga, sedangkan kalau
kita pulang ke kampung abadi, akherat berkumpul dan bertemu Allah. Tapi kenapa
justru manusia kebanyakan lebih memilih asyik dengan kehidupan kampung dunia,
memilih merugi di dunia, menjerumuskan diri dengan memperturutkan hawa
nafsunya, dibandingkan dengan kehidupan akherat yang sangat indah tiada tara? Jangan sampai kita terlena dan
tergoda oleh kampung fana ini dengan hanya memperturutkan hawa nafsu sehingga
di kampung abadi nanti kita akhirnya mendapat celaka, sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang kafir, “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan
kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang
telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah
baiknya sekiranya dahulu adalah tanah". (QS. An-Naba’ [78]: 40).
Beruntunglah bagi orang-orang yang tidak lupa kepada kampung
abadinya, akhirat sekaligus sebagai karakter hidupnya, seperti yang dialami
oleh budaknya Amir rah.a.
Abu Amir rah.a. berkata, "Saya melihat seorang budak wanita sedang
dijual dengan harga murah. Begitu kurusnya budak itu, sehngga perut dan
punggungnya hampir bersentuhan, rambutnya pun kotor. Saya merasa kasihan lalu
membeli budak itu. Saya berkata pada budak itu, "Mari kita pergi ke pasar
untuk membeli keperluan bulan Ramadhan." Budak ini menjawab, "Alhamdulillah,
semua bulan sama saja bagi saya." Ternyata, budak ini berpuasa setiap hari
dan shalat sepanjang malam. Ketika Hari Raya hampir tiba, saya berkata,
"Besok, ikutlah bersama saya untuk membeli keperluan hari raya."
Wanita itu menjawab, "Tuanku, Tuan terlalu mencintai dunia ini."
Setelah itu dia masuk ke kamarnya untuk mengerjakan shalat. Ia membaca ayat di
bawah ini:
Wa min warââ-ihî jahannamu wa yusqâ min mââ-in
shadîdin
"Di belakangnya ada jahannam, dan dia
diberi minum dengan air nanah." (Q.S. Ibrahim [4]: 16)
Berkali-kali dia membaca ayat di atas, lalu menjerit,
terjatuh dan meninggal dunia.
***
Berungtunglah
budak wanita itu. Sungguh, ia telah menjadikan Allah sebagai tujuan pulang
kampung sejatinya. Ia telah menjadikan Allah sebagai tujuan sekaligus karakter
hidupnya. Orang yang sudah menjadikan pulang ke kampung abadi, akhirat untuk
bertemu Allah sebagai karakter hidupnya, berarti ia sudah mengetahui tujuan
hidupnya. Orang yang sudah tahu tujuan hidupnya, ia akan menjaga perilakunya
hanya untuk yang baik-baik, bahkan ia berusaha menjadi hamba-Nya yang terbaik.
Ia sudah tahu apa yang harus diperbuat dalam hidupnya. Hidupnya penuh dengan
penuh optimis menatap masa depan. Kedamaian dan kebahagiaan selalu bersamanya.
Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya
ini adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi
dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu
(menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan memasukkan siapa yang dikehendakinya
ke dalam rahmat-Nya (surga)…” (QS. Al-Insân [76]: 29-31).
Semoga kita bisa pulang ke kampung abadi dengan selamat! Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar