Kamis, 29 Maret 2012

Pulang Kampung

Pulang Kampung

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
–QS. Al-Bayyinah [98]: 7-8

Mudik! Pulang kampung. Adalah tradisi masyarakat kita yang biasa terjadi setahun sekali ketika menjelang lebaran Idul Fitri. Mudik adalah fenomena yang unik sekaligus dapat menghibur bagi yang menjalaninya. Biasanya, ketika mau pulang kampung kita mempersiapkan bekal berupa oleh-oleh atau yang lainnya untuk keluarga di kampung. Bersyukur bagi yang pulang kampung dengan selamat hingga ke kampung dan berkumpul bersama keluarga. Tapi terkadang ada juga yang tidak sampai tujuan karena mendapatkan kecelakaan, bahkan ada yang tewas di tengah perjalanan. Itulah perjalanan saat kita pulang ke kampung dunia. Pertanyaannya, sudahkah kita mempersiapkan diri kita saat pulang ke kampung abadi kita, akhirat?
Terkadang, kita sibuk untuk siap-siap pulang ke kampung dunia dengan gembira. Anehnya, tidak sedikit yang terlena bahkan ada yang sampai melupakan diri mempersiapkan untuk pulang ke kampung akhirat. Bukankah kampung dunia sebenarnya hanya sementara, sedangkan kampung akhirat abadi? Kalau kita pulang ke kampung dunia kita hanya bisa berkumpul dengan keluarga, sedangkan kalau kita pulang ke kampung abadi, akherat berkumpul dan bertemu Allah. Tapi kenapa justru manusia kebanyakan lebih memilih asyik dengan kehidupan kampung dunia, memilih merugi di dunia, menjerumuskan diri dengan memperturutkan hawa nafsunya, dibandingkan dengan kehidupan akherat yang sangat indah tiada tara? Jangan sampai kita terlena dan tergoda oleh kampung fana ini dengan hanya memperturutkan hawa nafsu sehingga di kampung abadi nanti kita akhirnya mendapat celaka, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir, “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah". (QS. An-Naba’ [78]: 40).
Beruntunglah bagi orang-orang yang tidak lupa kepada kampung abadinya, akhirat sekaligus sebagai karakter hidupnya, seperti yang dialami oleh budaknya Amir rah.a.
Abu Amir rah.a. berkata, "Saya melihat seorang budak wanita sedang dijual dengan harga murah. Begitu kurusnya budak itu, sehngga perut dan punggungnya hampir bersentuhan, rambutnya pun kotor. Saya merasa kasihan lalu membeli budak itu. Saya berkata pada budak itu, "Mari kita pergi ke pasar untuk membeli keperluan bulan Ramadhan." Budak ini menjawab, "Alhamdulillah, semua bulan sama saja bagi saya." Ternyata, budak ini berpuasa setiap hari dan shalat sepanjang malam. Ketika Hari Raya hampir tiba, saya berkata, "Besok, ikutlah bersama saya untuk membeli keperluan hari raya." Wanita itu menjawab, "Tuanku, Tuan terlalu mencintai dunia ini." Setelah itu dia masuk ke kamarnya untuk mengerjakan shalat. Ia membaca ayat di bawah ini:
Wa min warââ-ihî jahannamu wa yusqâ min mââ-in shadîdin

"Di belakangnya ada jahannam, dan dia diberi minum dengan air nanah." (Q.S. Ibrahim [4]: 16)
Berkali-kali dia membaca ayat di atas, lalu menjerit, terjatuh dan meninggal dunia.
***
Berungtunglah budak wanita itu. Sungguh, ia telah menjadikan Allah sebagai tujuan pulang kampung sejatinya. Ia telah menjadikan Allah sebagai tujuan sekaligus karakter hidupnya. Orang yang sudah menjadikan pulang ke kampung abadi, akhirat untuk bertemu Allah sebagai karakter hidupnya, berarti ia sudah mengetahui tujuan hidupnya. Orang yang sudah tahu tujuan hidupnya, ia akan menjaga perilakunya hanya untuk yang baik-baik, bahkan ia berusaha menjadi hamba-Nya yang terbaik. Ia sudah tahu apa yang harus diperbuat dalam hidupnya. Hidupnya penuh dengan penuh optimis menatap masa depan. Kedamaian dan kebahagiaan selalu bersamanya. Allah swt. berfirman, Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan memasukkan siapa yang dikehendakinya ke dalam rahmat-Nya (surga)…” (QS. Al-Insân [76]: 29-31).
Semoga kita bisa pulang ke kampung abadi dengan selamat! Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar